KABUPATEN Cirebon dikenal sebagai sentra industri kerajinan rakyat. 
Alasan itu rasanya memang tidak mengada-ngada. Sebut saja rotan 
berkembang di Kecamatan Plumbon, Weru, Depok dan Palimanan dan tercatat 
ada sekira 1.040 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja 50.100 orang. 
Disusul industri batik tersebar di Kecamatan Plered dan Desa Kalibaru 
Kecamatan Kedawung, itu pun dapat mempekerjakan sekitar 3.700 orang dari
 419 unit usaha. Ada lagi batu alam di Palimanan dan Kecamatan 
Dukupuntang hasil produksi berupa asesories dinding, lantai maupun 
taman. Ada lagi makanan ringan, sentra industri ini tersebar di 
Kecamatan Kedawung, Plered, Tengahtani, Plumbon, tercatat 379 unit usaha
 yang menyerap 4.586 tenaga kerja. 
Semua kegiatan usaha tersebut lebih banyak masuk dalam kategori sektor 
usaha kecil menengah, bahkan ada juga skala mikro seperti pedagang 
makanan dan minuman yang biasanya mangkal di sekitar lokasi produksi dan
 memiliki ketergantungan dari aktivitas kegiatan usaha tersebut.
Meski sebagian kegiatan usaha tersebut masuk kategori perusahaan besar 
dan pemiliknya dianggap mapan secara ekonomi, namun masih jauh lebih 
banyak kegiatan usaha kategori menengah butuh sentuhan modal karena 
tidak terjamah keberadaan dengan adanya perusahaan besar. Kegiatan usaha
 yang condong butuh permodalan seperti makanan ringan, pakaian jadi, 
sandal karet dan kerajinan bambu. Pasar hasil produksi ini ada tapi 
banyak pelaku usahanya yang tergopoh-gopoh, bahkan terpuruk alias tidak 
lagi bisa produksi.
Setelah dilakukan kajian Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah 
(DisKUMKM) Kabupaten Cirebon ternyata ada masalah klasik, yakni 
rendahnya sumber daya manusia, manajemen usaha, permodalan serta akses 
pasar. Dari empat aspek tersebut ternyata permodalan menjadi lebih 
dominan. 
Hasil survei juga menyatakan bahwa selama ini adanya program pemerintah 
terkait masalah itu belum bisa dirasakan. Bahkan paling mengejutkan 
mereka menanyakan tentang program kredit usaha rakyat (KUR) yang sering 
didengung-dengungkan bisa membantu sektor UKM. Bahkan mereka juga 
menanyakan bank mana yang bisa membantu UKM bermodal kecil. Padahal 
dalam tanyangan televisi dan iklan di media massa lainnya, program KUR 
tersebut terkesan merakyat dan semua pelaku usaha diberikan tawaran 
mudah meminjam kredit untuk permodalan.
Terkait masalah KUR, memang DisKUMKM telah menerima tembusan dari Bank 
Indonesia termasuk Kementrian Koperasi dan KUKM untuk turut membantu dan
 memfasilitasi kesuksesan program ini. Menyikapi surat tembusan ini 
kemudian melakukan berbagai langkah, salah satunya mempertemukan 
kalangan UKM Kabupaten Cirebon dengan bank pelaksana KUR.   Menciptakan 
suasana  kondusif, menciptakan dan mempersiapkan UMKM agar lebih kapabel
 dan prospektif. Selanjutnya setelah usaha UMKM minimal 1 (satu) tahun 
sudah berjalan, UMKM  didorong untuk meningkatkan kapasitas bisnisnya 
dengan mengajukan pembiayaan usahanya melalui KUR.
Pemerintah telah menunjuk enam bank pelaksana KUR yaitu BRI, Bank 
Mandiri, BNI, Bank Bukopin, BTN dan Bank Syariah Mandiri. Pada 
penghujung 2009 bank pelaksana KUR bertambah dengan masuknya 13 Bank 
Pembangunan Dearah (BPD).  Seiring bergulirnya program KUR, data  BI  
menunjukkan bahwa  realisasi penyaluran KUR hingga pertengahan Oktober 
2010 lalu mencapai Rp 8,8 triliun dengan jumlah debitur 906.017. 
Namun saat Bidang Pendataan dan Pembinaan DisKUMKM Kabupaten Cirebon 
melakuan survei ternyata tidak banyak yang merasakan adanya bantuan 
kredit dari KUR. Bahkan sebagai dari meraka menanyakan bahwa KUR itu 
untuk siapa? Hal ini karena hampir semua bank pelaksana masih tetap 
pemberian kredit modal usaha namun dengan persyaratan yang rumit, 
berbelit-belit serta cenderung tetap mengedepankan aspek kehati-hatian 
yang  berlebihan. Bahkan sebuah angunan sebagai prasyarat penyaluran 
kredit tidak  menjamin uang  modal usaha itu akan cair.
Melihat fenomena ini rasanya tak berlebihan jika persoalan ini kembali 
menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah daerah termasuk Pemkab 
Cirebon. Akhirnya tanpa melepas sosialisasi tentang KUR juga pemda 
melakukan berbagai upaya agar kalangan UKM memiliki alternatif dalam 
pemenuhan permodalan. Di antaranya memberikan bantuan permodalan untuk 
koperasi dan UKM pada tahun 2003/2004 sebesar Rp 1,5 miliar. Dan pada 
tahun 2007 dikeluarkan Perda Nomor 17 Tahun 2007 mengenai kredit modal 
bantuan lunak, Pemkab Cirebon mengucurkan kembali dana sebesar Rp 1,5 
miliar yang dikelola DisKUMKM melalui Bank Perkreditan Rakyat, LSM dan 
telah disalurkan untuk 66 koperasi dan 53 UKM di Kabupaten Cirebon. 
Bentuk kepedulian Pemkab Cirebon dapat dilihat dari seringnya Bupati 
Cirebon, H Dedi Supardi  menghadiri acara rapat anggota tahunan dan 
kegiatan-kegiatan lain dengan gerakan koperasi dan UKM. 
Setidaknya terdapat tiga alasan penting  keberadaan KUMKM  (Berry, dkk, 
2001).  Alasan pertama, kinerja KUMKM cenderung lebih baik dalam hal 
menghasilkan tenaga kerja  produktif. Kedua, sebagai bagian dari 
dinamikanya dan ketiga, KUMKM sering mencapai peningkatan 
produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi.  Namun 
demikian, tidak berarti saat ini pun UKM tidak menghadapi kendala dalam 
perkembangannya. Setelah lebih dari satu dasawarsa melewati masa krisis,
 masih ada banyak kendala dihadapi di tengah berbagai sanjungan di mana 
terdapat tiga aspek umum yang menjadi problematika UKM, aspek 
permodalan, aspek pasar dan  manajerial  
Terkait berbagai persoalan tersebut, Pemkab Cirebon melalui Dinas 
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) terus melakukan 
pembinaan dan dukungan misalnya permodalaan memfasilitasi bantuan 
melalui penyaluran bantuan Rp 1,5 miliar yang disalurkan kepada sejumlah
 lembaga koperasi dan unit UMKM yang mekanisme pembayaran melalui BPR. 
Dana angsuran dari pelaku usaha itu akan digulirkan kembali bagi yang 
belum menerima.
Aspek pasar,  secara periodik beberapa lembaga koperasi dan UMKM 
dilibatkan dalam kegiatan pameran, baik skala lokal, luar daerah, sampai
 nasional. Sayangnya, dari jumlah lembaga koperasi 565 dan UMKM sekira 
21.439 unit usaha tidak semua dapat dilibatkan mengingat terlalu banyak,
 sehingga untuk sementara  masih menerapkan sistem skala perioritas. 
Namun untuk pelatihan sumber daya manusia (SDM)  secara bergilir 
dilakukan.
Aspek manajerial, memang tidak mudah mengubah manajemen usaha yang 
selama ini KUMKM terapkan. Umumnya melakukan dengan cara- sederhana. 
Guna mengarah ke sana, pelatihan yang fokus pada penerapan manajemen dan
 sistim akutansi standar selalu digelar, dengan harapan secara perlahan 
KUMKM bisa menerapkan dalam kegiatan usaha.***sumber www.kabar-cirebon.com
Menggerakan Usaha Kecil Dan Menengah Di Cirebon
Posted By: Achmad Fauzi - 16.09
 Filled Under 
Berita Cirebon
info untuk anda
About Achmad Fauzi
Hi, I am Achmad Fauzi Ghazali. A webdesigner, blogspot developer and UI designer. I am a certified Themeforest top contributor and popular at JavaScript engineers. We have a team of geeks and professinal programmers, developers work together and make unique blogger templates.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


kalo diskumkm kab cirebon alamatnya dimana ya ?
BalasHapus