Kahlil Gibran lahir di  Basyari, Libanon dari keluarga katholik-maronit. Basyari sendiri  merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak  heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap  fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak  mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.
Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan  kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Massachusetts, Amerika  Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya,  seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan  datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di  bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka  bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses  Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah  itu dia kembali ke Beirut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat  sejak tahun 1898 sampai 1901.
Selama awal masa remaja, visinya tentang  tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Kesultanan Usmaniyah  yang sudah lemah, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum  wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara  pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang  berbahasa Arab.
Gibran meninggalkan tanah airnya lagi  saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari  Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis  tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian  justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya  yang berbeda menjadi satu.
Gibran menulis drama pertamanya di Paris  dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun.  Karya pertamanya, “Spirits Rebellious” ditulis di Boston dan diterbitkan  di New York City, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran  keras yang menyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya,  Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronit. Akan  tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan  dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama di  Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral  Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik  perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal  karena TBC.
Gibran segera kembali ke Boston.  Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup  saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja  dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas.  Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma  penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang  sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903.  Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak  lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Di tahun-tahun awal kehidupan mereka  berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya  yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan’s Gowns. Berkat kerja  keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan  kesasteraannya yang masih awal.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris  lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang  dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun  lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih  tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of  Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan  sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga  mengambil alih pembiayaan keluarganya.
Amerika Serikat
Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.
Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.
Sebelum tahun 1912 “Broken Wings” telah  diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma  Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan  kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang  merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap  sebagai otobiografinya.
Pengaruh “Broken Wings” terasa sangat  besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita  Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa  mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan  yang diatur dalam perkawinan. Cetakan pertama “Broken Wings” ini  dipersembahkan untuk Mary Haskell.
Gibran sangat produktif dan hidupnya  mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis  dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa  Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar  di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah  bagi masyarakat Suriah yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya  mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis,  yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran,  kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang  telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.
Karya dan kepengarangan
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, “The Madman”, “His Parables and Poems”. Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam “The Madman”. Setelah “The Madman”, buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah “Twenty Drawing”, 1919; “The Forerunne”, 1920; dan “Sang Nabi” pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, “The Madman”, “His Parables and Poems”. Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam “The Madman”. Setelah “The Madman”, buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah “Twenty Drawing”, 1919; “The Forerunne”, 1920; dan “Sang Nabi” pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Sebelum terbitnya “Sang Nabi”, hubungan  dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance  Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary  sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab  pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai  dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan  mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang  berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan  dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah  merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance  Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah  asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan  Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan.  Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum.  Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca  “Sang Nabi”. Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku  yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di  New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan “Sand and Foam”  tahun 1926, dan “Jesus the Son of Man” pada tahun 1928. Ia juga  membacakan naskah drama tulisannya, “Lazarus” pada tanggal 6 Januari  1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan “The Earth Gods” pada tahun 1931.  Karyanya yang lain “The Wanderer”, yang selama ini ada di tangan Mary,  diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Juga  tulisannya yang lain “The Garden of the Propeth”.
Kematian
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hepatis dan tuberkulosis, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent’s Hospital di Greenwich Village.
Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hepatis dan tuberkulosis, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent’s Hospital di Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim  telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini.  Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary  tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.
Jenazah Gibran kemudian dikebumikan  tanggal 21 Agustus di Mar Sarkis, sebuah biara Karmelit di mana Gibran  pernah melakukan ibadah.
Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah  yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan  Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, “Di dalam hatiku masih ada  sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak  sekali membantuku.”
(sumber wikipedia)Beberapa Karya Sang Penyair
eBook Kahlil Gibran – Lagu Gelombang (download)
eBook Kahlil Gibran – Pasir Dan Buih (download)
eBook Kahlil Gibran – Potret Diri Kahlil Gibran (download)
eBook Kahlil Gibran – Sang Pralambang (download)
eBook Kahlil Gibran – Sayap Sayap Patah (download)
eBook Kahlil Gibran – Taman Sang Nabi (download)


0 komentar:
Posting Komentar